Hasil Nukilan:
MR@Copyright
Penat Menaip:
***
Aku masih sibuk
mengulangkaji pelajaran Fizik ketika mendengar suara lantang di pintu kelas.
“ Happy Birthday Fatin, semoga panjang umur,”
“ Yo…Yo…Mari bergembira!” dan pelbagai lagi kata-kata senda
yang lain kedengaran di cuping telingaku. Ku lihat Fatin dikerumuni oleh
teman-teman yang saling berebutan, saling untuk mendahului menyalami tangannya.
Suaranya riuh rendah. Ku lihat wajah Fatin berseri-seri. Bibirnya yang mungil
tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Wajah yang cantik itu bertambah
manis dipandang. Bagaikan bintang filem yang dikerumuni peminat untuk meminta
autograph.
Ku alihkan mataku menatap bangku-bangku kosong. Seisi kelas
bangun dan terus mengelilingi Fatin. Tinggallah aku sendiri, duduk di belakang
kelas tanpa berminat sedikitpun untuk mengucapkan selamat ulangtahun padanya.
Sesekali terdengar jua celoteh mereka yang diselangi dengan gurau dan tawa.
Tiba-tiba sahaja hatiku menjadi begitu sakit. Sangat sakit. Kurasakan aku hanya
sendirian tanpa teman. Sepi tanpa seorangpun yang menghiraukan ku.
Beginikah cara mereka merayakan ulang tahun sang primadona?
Aku semakin merasa tersisih dari mereka. Hatiku pedih menyaksikan mereka.
Terasa ada yang hangat mengalir di pipiku. Alangkah tidak adilnya! Jerit
hatiku. Fatin dikerumuni semua teman, sedangkan aku sendirian dan tidak ada
siapapun yang menghiraukan . Tiba-tiba rasa benciku pada Fatin mendorongku
untuk meninggalkan kelas.
Fatin memang menjadi kesayangan teman-teman. Fatin cantik,
anak usahawan kaya, pintar dan ramah. Dia begitu sempurna. Di sekolah, dialah
murid yang sering mengharumkan nama sekolah. Fatin bukan hanya seorang
primadona tetapi adalah penolong ketua pengawas. Jadi tidak hairanlah ramai
teman yang menyanjungi dan memuja Fatin.
Dan apalah yang ada pada diriku ini? Tak ada apa yang perlu
ku banggakan di depan teman-teman. Apakah aku harus membanggakan orang tuaku
yan g hanya berkerja sebagai pegawai rendah? Haruskah ku membanggakan ayahku yang
hanya bertugas sebagai driver kepada ayah Fatin? Atau aku akan membanggakan
ibuku yang hanya menjual kuih di depan rumahku? Tidak! Tidak ada apa yang harus
ku banggakan. Aku tak punya apa-apa. Aku tidak mempunyai nilai-nilai murni
seperti Fatin. Aku hanyalah seorang gadis yang mempunyai wajah yang tak
seberapa. Aku tak pandai untuk bersikap ramah di depan teman-teman. Ketika
berbicara, aku seringkali kecundang dan gugup. Aku miskin dan tak punya
apa-apa.
No comments:
Post a Comment