Aku takut ucapanmu itu hanya
untuk mempermain-mainkan hati dan perasaankuseperti yang telah dilakukan oleh
Yusri suatu waktu dulu. Menyatakan cintanya. Memberikan aku harapan tetapi
kemudiannya meninggalkan aku tanpa sebarang pesan hingga ke saat ini. Bagaimana
keadaannya sekarang? Haqimi, itulah yang kurasakan di saat ini. Mustahil, kau
tidak mempunyai teman istemewa di hatimu. Sedangkan aku? Aku tidak ingin kecewa
lagi. Tak ingin!!!
Diusap pipinya. Tersenyum pahit
sambil berjalan menuju ke batu yang sering diduduki oleh Haqimi di saat dia
menunggu mentari terbit dan terbenam. Kenangan ini semakin merejam di hatinya.
Memendamkan kerinduannya. Seandainya, Shafik tidak menceritakan kesungguhan
pemuda itu cuba menghilangkan kenangannya bersama Liza, kekasih yang di
cintainya, tentu dia tidak akan terseksa seperti ini.
Debaran ombak yang menerpa batu
seakan merasakan kesedihan yang telah di alaminya.
“ Mungkin sudah takdir… kita
tak dapat bersatu,” desisnya memecah kesenyapan deruan ombak.
“ Qimi”
Ditatapnya mega yang menjingga
di ufuk timur.
“ Tak akan ku kuburkan perasaan
ku ini padamu. Aku akan tetap mencntai dirimu seperti mentari yang selalu hadir
di ufuk timur dan terbenam di barat. Akan ku tunggu kehadiran sinar di keesokan
harinya…”
Sunyi.
….mentari memang indah di saat
terbitnya.
Pun begitu, di saat terbenamnya…Sayang…
Di antara keduanya, antara
terbit dan terbenam serta terbenam dan kembali terbit, kosong oleh ketikan dan
kesenyapannya yang gelap.
Di situlah akan kita isi dengan
perasaan dan mimpi kita…
“ Bagaimana? Okey tak puisi ini…?
Amira terkejut lalu menoleh ke
arah suara yang dating di belakangnya. Suara itu pernah di denganya dan dia
tahu suara itu jualah yang amat dirinduinya.
Matanya kembali menangkap
sepasang mata yang menyorotkan ketulusan sekeping hati, sama seperti enam bulan
lalu.
Dan dia rupanya bukan
bermimpi!!
Amira tersenyum di saat Haqimi
berjalan menghampiri dan terus mengenggam hangat jemarinya. Mentari di Pantai
Maleber merayap meninggi menghangatkan bumi. Menyambut lembut perasaan dua insane
ang sarat dengan kerinduan yang tidak penah bernoktah.
Tamat
No comments:
Post a Comment